SINAR ABADI.CO.ID, JAKARTA – Ketua Komisi VIII DPR RI Marwan Dasopang menyoroti pelaksanaan Sidang Isbat pada tanggal 1 Syawal 1446 Hijriah bersama wakil-wakil dari berbagai organisasi keagamaan Islam sebagai indikator bahwa pemerintah mendorong diskusi dan konsultasi dalam rangkaian proses tersebut.
“Bukan hanya menjadi kewajiban rutin ataupun tuntutan hukum, melainkan pemerintah (dalam hal ini) Menteri Agama menjaga kerjasama serta melestarikan persaudaraan,” ungkap Marwan saat memberikan konferensi pers mengenai Sidang Isbat 1 Syawal 1446 Hijriah di Kantor Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta, pada hari Sabtu.
Menurut Marwan, sesungguhnya pemerintah dapat menentukan tanggal 1 Syawal tanpa perlu melaksanakan musyawarah karena kebanyakan umat Muslim di Indonesia sudah memulai Ramadhan dengan serempak.
Namun, pihak berwenang tidak langsung menyatakan keputusan tersebut, melainkan terus berkonsultasi dengan semua kelompok yang akan memutuskan tanggal 1 Syawal 1446 Hijriah,” tambahnya.
Marwan selaku perwakilan dari Komisi VIII DPR RI mengungkapkan rasa senangnya atas adanya acara semacam itu, yang berfungsi untuk memelihara keharmonisan dan pada saat bersamaan menyampaikan pengetahuan kepada publik tentang segala tindakan yang diambil oleh pihak berwenang sebelum pengumuman resmi Idul Fitri.
Dia memanggil semua umat Muslim di Indonesia agar ikut serta menyambut Idul Fitri dengan penuh khusyuk dan berharap bahwa momen lebaran dapat dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk meningkatkan persaudaraan dalam masyarakat.
Pada kesempatan tersebut, Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, berdoa untuk semua umat Islam di Tanah Air agar hari raya Idul Fitri dapat membantu meningkatkan solidaritas antarsesama.
Dia berdoa agar masyarakat yang pulang kampung diberi perlindungan dan mendapatkan kegembiraan rohani saat bertemu dengan keluarga mereka.
“Mari kita membersihkan diri serta tidak melakukan kesalahan apa pun lagi, mudah-mudahan ini menjadi Bulan Ramadhan terbaik bagi kita semua, yang dengan izin Allah akan membimbing kita memasuki gerbang surgawi,” ungkap Menag Nasaruddin Umar.
1 Syawal tanggal 31 Maret
Kemenag menyelenggarakan sidang isbat untuk menentukan awal Syawal tahun 1446 Hijriah di Auditorium HM Rasjidi kantor Kemenag Jakarta pada hari Sabtu (29/3/2025). Pada konferensi pers setelah sidang isbat, Menag Prof KH Nasaruddin Umar menginformasikan dan memutuskan bahwa tanggal 1 Syawal 1446H atau Hari Raya Idul Fitri akan jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.
Menteri Agama Nasaruddin menyebutkan bahwa posisi hilal saat ini di seluruh wilayah Indonesia masih berada di bawah ufok, dengan tinggi antara -3 derajat 15 menit 47 detik hingga -1 derajat 04 menit 37 detik. Sedangkan sudut elongasinya mencapai dari 1 derajat 12 menit 89 detik sampai 1 derajat 36 menit 38 detik. Oleh karena itu, sesuai perhitungan matematis, data hilal untuk hari ini belum memenuhi syarat sebagai hilal yang diperlukan oleh MABIMS.
Berdasarkan perhitungan posisi hilal untuk wilayah Indonesia yang belum mencapai standar MABIMS dan tanpa ada laporan pengamatan hilal, diputuskan oleh Menag Nasaruddin saat berada di Auditorium HM Rasjidi Kantor Kemenag Jakarta, Sabtu (29/3/2025), bahwa tanggal 1 Syawal tahun 1446 Hijriah akan jatuh pada hari Senin, 31 Maret 2025.
Sebelumnya, sidang isbat telah diselenggarakan dan dihadiri oleh wakil dari organisasi massa Muslim, duta besar negara-negara sahabat, serta tim Kemenag. Pembukaan sidang isbat dimuali dengan Seminar Sidang Isbat Syawal dengan topik utama “Di Antara Tradisi, Ilmu Pengetahuan, dan Peraturan.”
Pada acara seminar itu, terdapat berbagai pembicara seperti KH Julian Lukman mewakili PP Al Washliyah, KH Zufar Bawazir sebagai wakil dari Al-Irsyad Al-Islamiyyah, H Sriyatin Shodiq yang menjadi representasi Muhammadiyah, serta H Cecep Nor Wendaya dari Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama Republik Indonesia.
Pada acara seminar itu, Cecep selaku bagian dari Satuan Tugas Hisab Rukyat Kementerian Agama menyatakan bahwa menurut perhitungan astronomi, kedudukan hilal di Indonesia ketika waktu Maghrib tanggal 29 Maret 2025, masih ada di bawah garis horizon serta tidak memenuhi syarat baru MABIMS yang dikeluarkan tahun 2021, sehingga sangat mustahil untuk diamati.
“Seantero tanah air Indonesia, kedudukan hilal pada tanggal 29 Ramadhan 1446 Hijriyah (29 Maret 2025) berada di bawah garis ufuk. Berdasarkan informasi yang tersedia, hal ini mengindikasikan bahwa di area NKRI, kemunculan hilal awal Syawal sangat tidak mungkin untuk diamati,” jelas Cecep.
Aturan baru yang dikeluarkan oleh para Menteri Agama dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), menyatakan bahwa berdasarkan perhitungan astronomi, hilal bisa diamati apabila bulan mencapai ketinggian setidaknya 3 derajat dengan elonigasi minimum sebesar 6,4 derajat.
Menurut Cecep, pada sore hari tanggal 29 Maret 2025 ketika masuk waktu maghrib, ketinggian bulan di atas Indonesia adalah dari -3 derajat 15 menit 28 detik hingga -1 derajat 4 menit 34 detik, dan sudut elongasinya berkisar antara -1 derajat 36 menit 23 detik sampai 1 derajat 12 menit 53 detik.
Oleh karena itu, menurut Cecep, apabila data tersebut dihubung-hubungkan dengan kemungkinan rukyatulhilal, dari sudut pandang astronomi atau perhitungan, bisa jadi awal bulan Syawal terjadi pada hari Senin, tanggal 31 Maret 2025.