Supplies of School, IT & Office Equipment


SAM.CO.ID –

Indeks pasar saham di Amerika Serikat mengalami penurunan yang signifikan pada hari Kamis (3/4), dengan sektor saham teknologi terkemuka sebagai penggerak utama kemerosotan tersebut.

Mengikuti penerapan tariff oleh Presiden Donald Trump kepada para mitra perdagangan pentingnya negara tersebut, hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai kemungkinan terjadinya perang dagang dunia serta bertambahnya ancaman untuk krisis ekonomi.

Pukul 09:40 waktu lokal, S&P 500 mengalami penurunan sebesar 3,1% dan Nasdaq Composite jatuh 4,27%. Kedua indeks ini pun menyentuh level terendahnya dalam kurang lebih tujuh bulan.

Di sisi lain, Indeks Industri Dow Jones mengalami penurunan sebesar 2,6%.

Saham Apple jatuh dengan drastis sebanyak 8%, dipengaruhi oleh tarif 54% terhadap China, tempat mayoritas produksi iPhone dilakukan oleh perusahaan tersebut.

Saham Microsoft dan Nvidia pun merosot, dengan penurunan berturut-turut sebesar 3% dan 5,6%.

Ketika harga saham di pasar global mengalami penurunan, obligasi pemerintah justru naik nilainya, sementara emas yang menjadi safe haven mencapai titik tertingginya sepanjang masa.

Putusan Trump untuk menerapkan bea sebesar 10% pada mayoritas produk impor ke Amerika Serikat, bersama dengan tarif yang jauh lebih tinggi terhadap berbagai barang dari beberapa negara, telah memicu keprihatinan secara luas.

” Ini merupakan serangan awal dalam peperangan perdagangan tersebut, dan dapat berdampak sangat merugikan. Hal itu pula yang menimbulkan kekhawatiran para investor,” ujar Elias Haddad, seorang strategis pasar tingkat lanjut dari Brown Brothers Harriman.

Akan selalu ada ketidakpastian dalam perdagangan karena ancaman resesi atau stagflasi masih cukup besar.

Indeks Volatilitas CBOE, yang kerap dikenal sebagai “indikator kekhawatiran” Wall Street, naik mencapai level tertingginya dalam tiga pekan sebesar 26,91 poin.

Biaya tersebut mengundang keraguan atas kesinambungan sistem perdagangan dunia, hal ini justru berkebalikan dengan situasi beberapa bulan silam saat antusiasme pemodal akan kebijakan bisnis ramah usaha di bawah kepemimpinan Trump mendukung indeks saham Amerika mencapai puncak sepanjang masa.

Indeks S&P 500 dan Nasdaq telah merosot 10% dari puncak tertingginya kemarin bulan lalu, mengindikasikan adanya koreksi sementara ini terjadi ketika para investor berusaha menavigasi efek ekonomi akibat bea masuk tersebut.

Tingginya harapan menyebutkan bahwa The Fed dapat mengurangi tingkat suku bunga paling sedikit sebanyak tiga kali dalam satu tahun ini, dan peluang untuk pengurangan ke empat mulai terlihat lebih besar di akhir tahun 2025.

Hal ini semakin menggarisbawahi pentingnya rilis laporan pekerjaan yang akan datang pada hari Jumat serta pidato dari Ketua The Fed, Jerome Powell, yang mungkin menyediakan petunjuk berharga tentang situasi ekonomi Amerika Serikat dan prospek terkait dengan kebijakan tingkat suku bunganya di waktu mendatang.

Data yang dikeluarkan pada hari Kamis mengindikasikan penurunan permohonan tunjangan pengangguran di Amerika Serikat, hal ini mencerminkan kestabilan lapangan kerja walaupun terdapat ancaman gangguan akibat bea masuk.

“Kebijakan moneter yang diperkirakan akan menjadi lebih lunakserta disertai dengan stimulan fiskal yang dapat timbul pasca pengumuman oleh pemerintahan Trump tentangrencana pengurangan pajak, semestinya membawa sedikit bantuan kepada pasar modal,” jelas Haddad.

Retail adalah sektor yang paling terdampak pada hari ini. Harga saham Nike merosot 11% dan Ralph Lauren jatuh 12%, akibat dari tarif perdagangan baru-baru ini yang dikenakan oleh Trump menyerang negara-negara produsen besar seperti Vietnam, Indonesia, dan China.

Lembaga perbankan seperti Citigroup dan Bank of America merugi lebih dari 8%, sementara JPMorgan Chase & Co. mengalami penurunan sebesar 4,5%.

Index saham kecil di Amerika Serikat, Russell 2000, juga merosot 4%, menunjukkan keraguan yang semakin bertambah terkait dengan kemampuan perekonomian dalam negeri untuk bertahan melawan tekanan perdagangan yang naik.

Saham di sektor energi juga terpengaruh oleh penurunan, dimana saham Exxon Mobil dan Chevron merosot masing-masing 3,5%. Hal ini disebabkan oleh penurunan harga minyak hingga 6%, dikarenakan kebijakan tariff Trump serta langkah-langkah percepatan produksi tambahan dari OPEC+.