Supplies of School, IT & Office Equipment


SAM

– Bulan Ramadhan serta hari raya Idul Fitri menjadi kesempatan bagi perekonomian untuk berkembang. Namun, sayangnya aliran dana selama Ramadhan dan Idul Fitri pada tahun 2025 mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan sebelumnya. Ini terjadi bersamaan dengan beban ekonomi yang lumayan besar.

Alasan utamanya adalah adanya gelombang besar penghentian hubungan kerja (PHK) pada awal tahun 2025. Menurut data dari Kementerian Tenaga Kerja, sebanyak 18.610 individu mengalami PHK antara bulan Januari dan Februari 2025. Angka ini meningkat lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan dengan jumlah serupa di tahun 2024.

Menurut data dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), lebih dari 60.000 pekerja telah kehilangan pekerjaannya di 50 perusahaan berbeda. Hal ini menyebabkan performa konsumsi menurun. Ini terlihat melalui Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang turun dari periode sebelumnya dari angka 127,2 menjadi 126,4 pada Februari tahun 2025 meskipun tetap berada di zona positif (>100).

Direktur Ekonomi dari Center for Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda mengatakan bahwa aliran uang saat bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri ini lebih lemah dibanding periode serupa pada tahun sebelumnya. Jumlah tambahan uang beredar secara sempit (M1) juga menunjukkan penurunan sebesar 16,5% jika dibandingkan dengan kondisi serupa di tahun 2024.

“Hanya ada peningkatan jumlah uang beredar sebesar Rp 114,37 triliun. Sementara itu, pada tahun 2024, saat bulan Ramadhan dan Idul Fitri, kenaikan uang yang beredar menjadi Rp 136,97 triliun,” jelas Huda.

Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira menyebutkan bahwa dengan adanya pengurangan lebih lanjut dalam jumlah uang beredar, hal tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di tingkat nasional menjadi kurang maksimal.

Menurut pemodelan yang dilakukan oleh Celios pada tahun 2024, pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB) karena adanya bulan Ramadhan dan perayaannya sebesar Rp 168,55 triliun. Sementara itu, angkanya untuk tahun ini adalah Rp 140,74 triliun, mengalami penurunan sekitar 16,5%.

Labanya para pelaku usaha hanya sebesar Rp 84,19 triliun. Ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan laba pada tahun sebelumnya yang mencapaiRp 100,83 triliun. Indikasi lain dari kelesuan kemampuan konsumsi masyarakat dapat dilihat dari penyusutan bagian tabungan individu menjadi hanya 46,4% dari keseluruhan dana pihak ketiga (DPK) secara total.

Penurunan jumlah dana pensiun individu menunjukkan bahwa orang lebih memilih untuk bertahan hidup dengan menggunakan tabungan mereka.

“Oleh karena upah sebenarnya sangat rendah, subsidi menurun, serta risiko pemutusan hubungan kerja tetap ada. Berdasarkan beberapa petunjuk ekonomi tersebut, saya mengestimasi bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal I tahun 2025 akan mencapai 5,03% secara year-on-year (YoY). Ini adalah angka yang lebih rendah jika kita bandingkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi di kuartal I tahun 2024 yaitu 5,11%, ” ungkap Bhima.

Menurutnya, meskipun adanya dampak musiman dan pemberian Tunjangan Hari Raya (THR), hal tersebut masih belum cukup untuk mengerek pertumbuhan ekonomi. Justru khawatirnya, setelah Idul Adha, ekonomi akan terhenti karena tak ada daya dorong utama dalam konsumsi.

Pembelanjaan pemerintah yang tengah dilakukan secara besar-besarannya turut memengaruhi keyakinan konsumen. Penurunan nilai tukar rupiah pun semakin membuat masyarakat lebih waspada dalam mengeluarkan uang mereka.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menyatakan bahwa ekspektasi untuk peningkatan pengeluaran atau konsumsi keluarga saat bulan Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2025 belum mencapai tingkatnya pada tahun 2024. Hal ini sesuai dengan tren menurunnya kemampuan pembelian masyarakat. Orang-orang menjadi lebih cermat ketika melakukan transaksi kebutuhan mereka.

Inflasi diprediksi akan bertambah lamban pertumbuhannya bila dibandingkan dengan masa serupa di tahun sebelumnya.

“Bagaimana seharusnya pemerintah bertindak? Menurut saya, pemerintah telah merancang beberapa program potongan harga. Terdapat diskon pada tiket, pembelian barang, serta beragam jenis diskon lain yang merupakan upaya untuk meningkatkan pertumbuhan di akhir triwulan I ini. Minimal ada peningkatan dalam hal growth,” jelas Asmo.


TABEL DATA UNTUK BULAN RAMADAN DAN IDUL FITRI TAHUN 2025

– Jumlah pemudik Lebaran tahun 2025 diperkirakan mencapai 146,48 juta orang (menurun sekitar 24 persen).

– Pertambahan jumlah uang beredar (PJB) M1: Rp 114,37 triliun (menurun sebesar 16,5 persen)

– Bagian dari penyimpanan individu: 46,4% dari total DPK

– Penambahan ke PDB: Rp 140,74 triliun (menurun 16,5 persen)

– Indeks kepercayaan konsumen: 126,4 (menurun 1,3 poin secara tahun-ke-tahun)

Sumber: Departemen Transportasi, Celios, BI