Supplies of School, IT & Office Equipment


SAM.CO.ID –

Delapan negara anggota OPEC+ sepakat pada Kamis (3/4) untuk mempercepat rencana penghapusan pemotongan produksi minyak dengan menambah produksi sebesar 411.000 barel per hari (bph) pada Mei.

Putusan yang tidak terduga tersebut menyebabkan harga minyak anjlok lebih jauh.

Sebelumnya, nilai minyak telah jatuh di atas 4% setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyatakan pemberlakukan tarif perdagangan baru terhadap negara-negaranya yang menjadi mitra dagang.

Setelah OPEC mengupdate rencananya dalam suatu pernyataan, harga minyak Brent anjlok di atas 6%, mendekati angka US$70 per barel.

Delapan anggota kelompok OPEC+, yang meliputi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) beserta sekutu seperti Rusia, semula direncanakan akan menambah produksinya sebanyak 135.000 barel per hari pada bulan Mei. Hal ini merupakan bagian dari langkah-langkah berjenjang untuk mencabut kebijakan pengurangan pasokan terakhir mereka.

Namun, setelah pertemuan daring pada Kamis, kelompok tersebut mengumumkan akan menaikkan produksi sebesar 411.000 bph.

OPEC mengumumkan bahwa keputusan tersebut diambil karena “pasar masih menunjukkan fundamental yang sehat dan prospeknya terus membaik.”

” Ini termasuk peningkatan yang telah direncanakan sejak Mei serta tambahan dua kenaikan berikutnya,” jelas OPEC dalam siaran resminya.

Kenaikan berjenjang ini bisa diakhiri atau dialihkan bila situasi pasaran mengalami perubahan tak terduga.

Kenaikan produksi di bulan Mei adalah komponen dari perjanjian antara Rusia, Arab Saudi, UEA, Kuwait, Irak, Algeria, Kazakhstan, dan Oman untuk pelan-pelan menurunkan pengurangan produksi minyak terakhir sebanyak 2,2 juta barel per hari yang dimulai bulan ini.

OPEC+ juga masih mengimplementasikan pengurangan produksi tambahan sebanyak 3,65 juta barel per hari yang akan bertahan sampai akhir tahun mendatang guna memperkuat pasarnya.


Fokus pada Kepatuhan Kuota

Putusan OPEC+ sebagian mencerminkan hasrat pemimpin grup tersebut untuk memperkuat komitmen mereka pada batas produksi, sesuai dengan pendapat beberapa ahli.

“Kini OPEC+ semakin menekankan pentingnya kesesuaian, dan dengan demikian keputusan tersebut mengharuskan negara-negara yang belum mencapai target untuk meningkatkan tingkat kompakannya,” jelas Amrita Sen, seorang pendiri Energy Aspects.

Produksi minyak yang menyentuh puncak tertinggi di Kazakhstan telah menjadikan beberapa anggota OPEC+, terutama produsen besar seperti Arab Saudi, marah. Seperti dilaporkan oleh sumber-sumber Reuters, kelompok tersebut saat ini mendesak Kazakhstan dan anggotanya lainnya untuk mengurangi output demi membayar surplus produksi mereka sebelumnya.

Kazakhstan sudah menghasilkan minyak signifikan lebih tinggi dari target yang ditetapkan bersama OPEC+ selama beberapa bulan belakangan ini.

Data dari OPEC juga mengindikasikan bahwa sejumlah negara OPEC+ lainnya, misalnya Uni Emirat Arab, Nigeria, serta Gabon, telah melebihi batasan produksinya walaupun hanya dengan sedikit selisih.

Produksi di Kazakhstan mungkin akan menurun bulan ini serta ekspornya bisa berkurang setelah Rusia menginstruksikan penutupan sebagian fasilitas eksportasi di saluran pipa CPC, yang menjadi rute utama untuk mengirimkan minyak dari Kazakhstan. Minyak tersebut berasal dari produsen besar seperti Chevron dan Exxon Mobil.

Delapan negara dari kelompok OPEC+ direncanakan akan berkumpul lagi pada tanggal 5 Mei guna membahas dan memutuskan kebijakan produksi untuk bulan Juni mendatang, sebagaimana dinyatakan oleh OPEC dalam sebuah pernyataan.