SAM
–Dua pemuda asal Indonesia yaitu Viko Gara dan Aril Aditian mendirikan perusahaan bernama Nosuta di kota Fukuoka, Jepang. Lewat program Startup Visa yang diselenggarakan oleh Pemerintah Fukuoka, Nosuta bertujuan untuk memberi peluang kepada mahasiswa kehutanan dari Indonesia agar dapat bekerja dalam bidang hutan di Jepang.
Sebelum mendirikan Nosuta, Viko dan Aril aktif di berbagai kegiatan tersebut.
venture building
di Indonesia serta berpartisipasi dalam pembuatan aplikasi
e-money
yang sukses mendapatkan lebih dari lima juta pelanggan.
Seiring dengan dekade terakhir, kita telah belajar bagaimana mencari.
product-market-fit
dalam bermacam sektor, seperti keuangan, perjalanan,
hospitality
“dan teknologi,” tambah CEO serta Co-foundernya Nosuta Viko.
Kini, lewat Nosuta, kita menggabungkan landasan pendidikan perkebunan kita bersama dengan pengetahuan praktis.
venture building
Untuk mengatasi tantangan dalam bidang perhutanan Jepang,” tambahnya.
Berdasarkan data, industri perhutanan Jepun kini menginginkan kurang lebih 20.000 tenaga ahli. Di sisi lain, Indonesia luluskan sekitar 9.000 graduate dalam bidang hutan dan ilmu terkait tiap tahunnya, namun masih banyak yang belum mendapatkan pekerjaan.
Dengan bantuan Nosuta, Viko serta Aril mencoba menghubungkan permintaan perusahaan kayu Jepang dengan bakat muda di Indonesia.
“Kami percaya bahwa kerjasama ini akan menguntungkan kedua belah pihak. Perusahaan kehutan dari Jepang bisa mendapat tenaga muda terampil, sedangkan para mahasiswa di Indonesia bakal mendapat kesempatan untuk karir secara global serta pengetahuan berharga,” ungkap Viko.
Nosuta mengusung konsep
Operator Universitas Virtual
Program yang menawarkan kurikulum selama satu tahun untuk mahasiswa jurusan kehutanan pada tahap akhir telah diluncurkan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Implementasi program ini mendapatkan respon yang baik dari para peserta didik.
Kurikulum itu meliputi latihan tangan pertama mengenai penataan hutan di Jepang.
intensive language training
untuk menyiapkan mahasiswa agar mampu berkomunikasi dalam bahasa Jepang dan memberikan akses langsung kepada perusahaan kehutanannya di Jepang yang mencari pekerja terampil.
Program ini terintegrasi dengan sistem SKS akademik mahasiswa secara gratis, sehingga tidak memberatkan proses belajar mengajar ataupun durasi pendidikan mereka.
Sebagai lembaga pendidikan, kami berharap para mahasiswi dan mahasiswa kita tak sekadar mampu menguasai pengetahuan, namun juga telah bersiap masuk ke dalam arena pekerjaan global. Kemitraan dengan Nosuta ini membuka peluang karir yang jelas serta tepat sasaran sejalan dengan tagline UMM tersebut.
Center for Future Work
,” ujar Kepala Departemen Kehutanan UMM Galit Prakosa.
Pada tahun 2022, jumlah pekerja di bidang perhutanan di Jepang tinggal kira-kira 42 ribu orang, yang hanya menyisakan separuhnya jika dibandingkan dengan masa 1980-an. Di sisi lain, permintaan untuk manajemen hutan malah semakin bertambah mengingat bahwa kurang lebih 64% dari total area hutan tanamannya sudah mencapai umur lebih dari lima puluh tahun dan siap ditebang.
Dengan adanya program Startup Visa serta dukungan dari Pemerintah Kota Fukuoka, Nosuta menerima bimbingan dari tim Global Business Support yang ada di Fukuoka Growth Next.
”Nosuta adalah
startup
Pertama kali menggarisbawahi krisis pekerjaan di bidang perkebunan Jepang adalah NOSUTA serta berbagai programnya.
Operator Universitas Virtual
Dapat memberikan solusi inovatif dengan membawa bakat baru dari Indonesia, dan kita mempunyai harapan serta ekspektasi yang sangat tinggi,” ungkap perwakilan Global Business Support Shun Ono.