SAM.CO.ID – JAKARTA.
Indeks pasar saham utama Wall Street merosot pada hari Rabu (2 April), akibat ketidakpastian investor mengenai dampak dari tarif ekspor skala besar yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump. Hal ini turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia, profitabilitas perusahaan, serta tingkat inflasi.
Tidak pasti tentang rincian kebijakan tersebut kian menambah beban terhadap suasana hati investor, sehingga mendorong penjualan massal di beberapa sektor saham yang dominan.
Takstir Trump yang Tidak Menentu Mengganggu Pasar
Trump berencana menginformasikan keputusan tentang tarif perdagangan terbaru dalam suatu peristiwa di Taman Mawar Gedung Putih pada jam 4 sore waktu timur Amerika Serikat (8 malam Waktu Greenwich). Acara tersebut, yang dinamai “Hari Pembebasan”, dirancang untuk membuat bea masuk yang diterapkan AS sama seperti tarif yang dipajak oleh negeri-negeri asing lainnya.
Akan tetapi, struktur spesifik dari kebijakan tersebut masih tidak terlihat jelas, dengan berita mengindikasikan adanya potensi untuk menerapkan tarif universal sekitar 20 persen.
Menurut pendapat Chris Beauchamp, KepalaAnalisis Pasar dari IG Group, keraguan saat ini mendoronginvestor untuk lebih membatasikontrak mereka dengan aset Amerika Serikat.”Apabila nantinya ternyata bea cukai tidakseketat seperti yang diprediksikan, maka dapatdiharapkankemungkinanuntuk kembalisejalan positif,” imbuhnya.
Indeks Wall Street Mengalami Penurunan, Sektor Teknologi dan Konsumen Terpukul
Pukul 09:39 pagi waktu lokal, tiga indikator utama di pasar saham Amerika Serikat menunjukkan penurunan:.
-
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJI) menurun sebesar 156,51 poin (-0,37%) menjadi 41.833,45.
-
Indeks S&P 500 (SPX) mengalami penurunan sebesar 26,55 poin atau -0,47% menjadi 5.606,52.
-
Nasdaq Composite (IXIC) turun sebanyak 99,07 poin (-0,57%) menjadi 17.350,82
Setiap satu dari 11 subsektor di Indeks S&P 500 menunjukkan penurunan, dengan sektor barangkonsumsi tidak terduga menjadi yang paling merugi. Penyebab utamanya adalah jatuhnya harga saham Tesla (TSLA.O) lebih dari 6%, hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut melaporkan jumlah pengiriman turun sebanyak 13% pada kuarter pertama tahun ini.
Saham sektor teknologi yang sudah terpukul penjualan minggu ini turut merosot lagi, termasuk beberapa diantaranya adalah:
-
Nvidia (NVDA.O) turun 1,7%
-
Amazon (AMZN.O) merosot 1,1%
Pada saat bersamaan, harga saham Trump Media & Technology Group (DJT.O) jatuh sebesar 6,1% usai perusahaan tersebut melaporkan dokumen kepada Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC). Dokumen ini membuka peluang bagi Donald Trump untuk melepas saham senilai hingga $2,3 miliar.
Biaya dan Kekhawatiran Ekonomi Mengakibatkannya Koreksi Pasar
Pasarnya Amerika Serikat telah menghadapi penjualan masif secara signifikan sepanjang tahun ini, di mana Indeks S&P 500 serta Nasdaq merosot masing-masing 10% dari puncaknya bulan lalu, hal tersebut mencerminkan koreksi pasaran disebabkan oleh ketidaktentuan terkait kebijakan tariff.
S&P 500 mengalami penurunan 4,6% di awal tahun 2025, yang merupakan performa terlemahnya sejak bulan Juli 2022.
Dalam hal informasi ekonomi, rilisan terkini mengindikasikan peningkatan dalam pembayaran gaji sektor privat bulan Maret. Tambahan ke situasi ini, pesanan pabrik Amerika Serikat direncanakan untuk dikeluarkan pada jam 10 pagi waktu Timur EST; meski demikian, perhatian mayoritas pelaku pasar tertuju kepada rilis lapangan kerja bukan petani serta ucapan yang bakal disampaikan oleh Kepala Fed, Jerome Powell, menjelang hari Jumat nanti.
Investor akan mengincar indikasi tambahan terkait situasi perekonomian di Amerika Serikat serta orientasi dari keputusan tingkat suku bunganya The Fed.
Prospek Pasaran: Ketakutan terhadap inflasi dan tingkat suku bunga
Walaupun para pelaku pasar sekarang masih menaksir ada tiga kali penurunan suku bunga yang akan dilakukan The Fed pada tahun ini, ancaman inflasi karena bea masuk terbaru bisa jadi menghalangi rencana itu. Ini semakin menciptakan ketidakpastian dalam lingkungan finansial pasar.
Pada perdagangan terbaru:
-
Perbandingan antara jumlah saham yang turun dengan yang naik adalah 2,41 banding 1 di Bursa Saham New York (NYSE) dan 1,59 banding 1 di Nasdaq.
-
S&P 500 meraih lima titik tertinggi dalam rentang 52 minggu, namun pada saat yang sama menetapkan delapan titik terendah baru.
-
Nasdaq meraih tujuh puncak tertingginya namun juga menyentuh 187 titik terendah baru, mengindikasikan adanya tekanan penjualan yang signifikan pada sektor teknologi.