Supplies of School, IT & Office Equipment

Shell Singapore Pte Ltd (SSPL) telah menyelesaikan proses penjualan Shell Energy and Chemicals Park (SECP) ke CAPGC, sebuah perusahaan patungan antara PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan Glencore Asian Holdings Pte. Ltd. Melalui kesepakatan ini, kedua pihak, yaitu Chandra Asri dan Glencore, sekarang secara sah menjadi pemegang kendali atas instalasi pengolahan minyak serta fasilitas penyulingan milik Shell yang terletak di Singapura.

SECP atau Shell Energy and Chemicals Park Singapore mencakup sebuah pabrik yang memiliki kemampuan pemrosesan sebesar 237.000 barrel setiap harinya, serta crackers etilen berkapasitas satu juta ton metric pertahun di Bukom Island, sementara itu juga melibatkan properti petrokimia hilir di Pulau Jurong, Singapura.

Mengutip
Reuters
, Shell (SHEL.L) mengumumkan bahwa transaksi tersebut telah diselesaikan pada hari Selasa (1/4). Di samping itu, para pemain di pasaran meyakini bahwa setelah penyelesaian proses akuisisi, Chandra Asri Petrochemical (TPIA) serta Glencore akan memulai pembelian bahan baku guna mendukung operasi kilang mereka.

Sebelumnya, Shell menyatakan bahwa proses penjualannya untuk kedua kilang minyak di Pulau Bukom dan Jurong, yang sudah beroperasi sejak tahun 1961, telah rampung. Melalui transaksi ini, Chandra Asri (TPIA) bersama dengan Glencore saat ini menjadi pemegang saham mayoritas, serta meningkatkan peran mereka sebagai salah satu aktor penting dalam bidang petrokimia di wilayah Asia Tenggara.

Meski demikian, informasi tentang penyelesaian transaksi yang awalnya direncanakan untuk berakhir pada tahun 2024 tidak juga diinformasikan sampai saat ini. Shell menyatakan bahwa pegawai yang bertugas di tempat tersebut bakal terus menjadi bagian dari entitas baru bernama Aster Chemicals and Energy Pte Ltd. Di sisi lain, para pejabat kantornya sudah dialihkan ke lokasi kerja yang baru; walaupun begitu, pihak perusahaan enggan memberi komentar lebih lanjut soal hal ini.

Setelah proses pengambilalihan, Chandra Asri langsung memulai pembelian bahan bakunya yaitu nafta dengan estimasi kedatangan pertama kali di Singapura dimulai bulan Maret. Berdasarkan informasi dari sistem pelacak kapal milik Kpler, pabrik ini telah mendatangkan kira-kira 1,5 juta ton naftha setiap tahunnya untuk dua tahun berturut-turut yakni pada 2023 dan 2024.

Pada saat yang sama, Glencore sudah mengambil langkah membeli minyak mentah untuk diserahkan pada bulan Mei dan Juni tahun 2025, dengan tujuan pengiriman ke Singapura. Minyak tersebut berasal dari negara-negara seperti Kanada dan Kazakhstan menurut informasi dari orang dalam industri. Sementara itu, perlu dicatat bahwa ekspor minyak mentah dari Kanada menuju ke Singapura adalah hal yang cukup jarang dilakukan. Bahkan, belum ada catatan eksportasi semacam ini masuk ke database pemantauan kapal milik Kpler dan LSEG sejak tahun 2013.

Akan tetapi, Chandra Asri serta Glencore belum memberikan tanggapan tentang transaksi ini. Di sisi lain, Shell sudah membenarkan bahwa mereka telah menyetujui kesepakatan untuk pembelian minyak mentah beserta produk-produk lainnya, yang baru akan efektif setelah proses penyelesaian jual beli aset kilang selesai.


Pendapatan Diperkirakan Meningkat Sampai 5 Kali Lebih Banyak

Melalui akuisisi ini, Chandra Asri bertujuan menjadi produsen petrokimia terkemuka kelima di ASEAN. “Tambahnya kapasitas produksi dari SEPC memungkinkan Chandra Asri meraih peningkatan penghasilan sampai dengan lima kali lebih banyak antara tahun 2024 dan 2026,” ungkap Direktur TPIA, Edi Riva’i, saat jumpa pers di area pabrik Chandra Asri, Banten, bulan November 2024 yang lalu.

Edi menyebutkan bahwa akuisisi tersebut memberikan lonjakan signifikan dalam pertambahan kapasitas rata-rata perusahaan. Menurut perkiraan terkini, pembelian SECP diproyeksikan akan memacu peningkatan tumbuh setahunan rata-rata (yearly p.a.) hingga 106,7% untuk periode 2024 sampai dengan 2026.

“Angka tersebut signifikan melebihi angka pertumbuhan rata-rata tahunan yang tercatat sebelumnya, yakni 7,4% untuk periode 2005-2016 dan 6,4% untuk 2016-2020,” ungkap Edi.

Di tahun 2025, diproyeksikan bahwa kapasitas produksi Chandra Asri akan naik dari 4,2 juta ton menjadi 4,4 juta ton. Sesudah mengakuisi Bukom yang sudah memperoleh persetujuan hukum resmi dari otoritas lokal, maka kapasitas Chandra Asri diharapkan melonjak dua kali lipat, yaitu dari 4,2 juta ton mencapai angka sekitar 8,5 juta ton.

Rencana ini bertujuan untuk menggenjot seluruh daya Produksi beberapa jenis zat kimia penting bagi banyak sektor industri, seperti polietilen (PL), propilena (PR), serta beragam substansi kimia lainnya. Melalui penambahan kapasitas yang bakal dicapai melalui program ini, Chandra Asri percaya dapat menjawab kebutuhan pasar yang semakin naik, khususnya di wilayah ASEAN.

Tindakan ini bertujuan pula untuk memperkecil ketergantungan terhadap barang impor serta menaikkan kapabilitas penyediaan lokal. Hal itu mencakup berbagai macam persedian komoditas vital semisal MDG (bebas tanah liat logam) yang dipergunakan di proses pembuatan PTA (asetat tereftalic murni), suatu bahan dasar pokok bagi sektor perusahaan garmen.

Melalui perolehan Bukom serta integrasi produk-produk kimia semacam MDG, Chandra Asri bertujuan untuk menyediakan bantuan yang signifikan bagi sektor tekstil lokal dan memperkecil ketergantungan pada barang impor.

“Kita bisa menambah nilai, serta pemerintah diupayakan agar lebih dini dalam mengontrol impor bahan mentah tekstil,” jelas Edi.