Supplies of School, IT & Office Equipment

Indeks Produksi Manufaktur di Indonesia atau PMI sektor manufaktur mengalami perlambatan pada Maret 2025. Pada bulan tersebut, tingkat PMI berada di angka 52,4, menunjukkan penurunan dibandingkan dengan nilai 53,6 di bulan Februari.

Meskipun demikian, PMI Manufaktur tetap mengindikasikan pertumbuhan, dengan angka melebihi 50. Menurut rilis yang dikeluarkan oleh S&P Global, indeks sektor manufaktur di Indonesia memberi sinyal peningkatan pada berbagai bidang.

“Hasil survei yang dirilis di bulan Maret mencerminkan situasi optimistis untuk industri manufaktur Indonesia. Peningkatan produksi serta peningkatan permintaan lanjutan hingga akhir periode awal tahun ini, masih kuat dikarenakan permintaan meningkat dan keyakinan konsumen semakin membaik,” ungkap Usamah Bhatti, ekonom dari S&P Global Market Intelligence melalui pernyataan tertulis pada hari Rabu (2/4).

Sektor manufaktur di Indonesia terus berada di level atas 50,0 untuk keempat kalinya secara berturut-turut. Ini dikarenakan adanya perluasan produksi yang berlanjutan. Tambahan lagi, peningkatan dalam bisnis baru juga diamati sebagai stabil pada bulan Maret lalu.


Pembuat produk menyebut hal ini terkait dengan peningkatan jumlah pesanan baru serta pendekatan pemasaran yang dianggap semakin berhasil. Di samping itu, minat luar negeri pada barang-barang Indonesia pun mulai meningkat selama empat bulan belakangan.

“Kebutuhan tampaknya akan terus stabil secara positif dalam rentang waktu singkat hingga sedang. Jumlah pekerjaan yang belum diselesaikan (yang umumnya memperlihatkan kegiatan di masa depan) meningkat dengan cepat dalam kurun waktu kurang lebih dua tahun,” tambah Usamah.

Di samping itu, S&P Global melaporkan bahwa jumlah pekerjaan berkelanjutan terus bertambah selama empat bulan terakhir. Pada bulan Maret, tingkat peningkatan tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang masa sejak April 2023. Ini menyebabkan kondisi tenaga kerja membaik di awal semester pertama walaupun ada sedikit penurunan dalam pembuatan lapangan kerja baru hingga ke level terendah dalam kurun waktu tiga bulan dan masih termasuk angka rendahan.

“Sementara itu, pertambahan jumlah pekerja masih berlangsung selama empat bulan berturut-turut. Selain itu, keyakinan atas kondisi di tahun depan masih tinggi, disokong oleh laporan yang menyebutkan bahwa kemajuan dalam bidang ekonomi serta peluncuran produk-produk baru akan secara konsisten mengerek permintaan dan produksi,” jelas Usamah.

Di bulan Maret, S&P Global pun menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam aktivitas pembelian. Ini disebabkan oleh kenaikan kebutuhan produksi.

“Sejak Desember 2019, para produsen barang di Indonesia secara berturut-turut melaporkan peningkatan biaya input sesuai dengan hasil survei terakhir. Meskipun tingkat inflasinya semakin kuat dibandingkan periode sebelumnya, tetapi masih lebih rendah daripada angka historis yang lama. Biasanya, ketika harganya meningkat disebabkan oleh kenaikan harga bahan mentah; sementara itu, perubahan nilai tukar memengaruhi tarif produk-produk impor,” demikian tertulis dalam analisis S&P Global.

Bagaimana kami dapat membantu anda