Supplies of School, IT & Office Equipment

Idul Fitri merupakan saat yang dinantikan karena berkesempatan bertemu dengan seluruh anggota keluarga luas, mengobati kerinduan, serta merasakan hidangan istimewa yang baru hadir satu tahun sekali. Akan tetapi, di balik atmosfer hangat tersebut, biasanya terdapat “hambatan” berupa pertanyaan pribadi dari para saudara, keponakan, hingga tetangga.

Pertanyaan-pertanyaan semacam “Kapan menikah?”, “Bekerja dimana saat ini?”, atau “Berapakah gajimu?” mungkin membuat seseorang merasa tidak nyaman ketika harus menjawabnya, khususnya apabila mereka masih dalam tahap mencapai tujuan tersebut.

Menyongsong keadaan tersebut, sangatlah penting untuk tetap tenang serta tidak terseret oleh emosi. Menurut Psikolog Klinis sekaligus CEO Invira Humania, Nanin Suwandhani Dian Aritrama, kita dapat menentukan bagaimana memberikan respons yang cocok dengan situasi dan kesenangan pribadi tanpa menciptakan rasa inferioritas pada diri sendiri.
Ladies
.

Berikut adalah sejumlah tips dari Nanin yang dapat mendukung Anda menjawab pertanyaan penting selama Lebaran secara tenang dan bersemangat. Silakan diperhatikan!

1. Mengerti dan Mempercayai Jawaban untuk Diri Anda Sendiri

Sebelum menjawab pertanyaan dari pihak luar, hal utama yang harus dijalankan adalah menjamin bahwa kita telah memiliki solusi yang tegas untuk diri kita sendiri.

“Punya tujuan yang spesifik tentang apa yang kami dambakan, kapan harusnya tercapai, serta bagaimana meraihnya. Setelah memiliki panduan internal ini, pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak lagi begitu mempengaruhi,” ungkap Nanin kepada

SAMWOMAN

.

Sebagai contoh, bila kerap dimintai tanggapan seputar pernikahan, cobalah bertanya pada dirimu sendiri: “Apakah perkawinan merupakan fokus utama saat ini?” Bila ternyata bukan, pikirkan alasan di balik hal itu. Kalau Anda telah mendapatkan pemahaman yang solid, respons Anda akan kelihatan lebih yakin serta tak tampak seperti upaya untuk mengelabui. Hal sama berlaku pula bagi pertanyaan-pertanyaan lain berkaitan pekerjaan, studi, ataupun agenda masa depan; apabila kita telah menyusun skema yang rapi, pertanyaan semacam itu bakal kurang memberatkan.

2. Tentukan Gaya Jawaban Anda: Tenang, Tegas, atau Alihkan Topik

Setelah mengenali posisinya dengan baik, tahap selanjutnya ialah menentukan bagaimana merespons secara tepat untuk kondisi tersebut. Terdapat tiga metode yang dapat diambil:

a. Respons Santai (Komedi untuk Melembutkan Atmosfer)

Apabila tujuannya adalah agar atmosfer pembicaraan tetap santai serta terhindar dari kekakuan, tambahkan unsur humor pada tanggapan Anda. Hal ini dapat berfungsi sebagai metode yang efisien untuk membalas sambil tidak menyinggung perasaan pihak lain. Sebagai contoh: “Bilamana sudah jelas waktunya, tentu saja saya akan memberitahu! Yang utama ialah memiliki kandidat dahulu, bukan?” Respons semacam itu sanggup membikin obrolan menjadi lebih longgar sekaligus mengurangi beban emosi yang timbul karena pertanyaan tersebut.

b. Respons yang Tegas (Mengungkapkan Pandangan dengan Santun)

Apabila berkeinginan untuk menjadi lebih tegas namun tetap menjaga perasaan pihak lain yang diajak bertukar pikiran, Anda dapat mengeluarkan respons yang assertive. Metode ini memudahkan dalam menyatakan bahwa Anda memiliki kontrol terhadap keputusan sehari-hari, tanpa harus merasa bersalah ataupun ditekan.

Misalnya: “Kini saya masih menikmati perjalanannya. Mohon doanya untuk hasil terbaik.” Atau dapat pula dikatakan: “Untuk sementara ini, saya lebih memusatkan diri pada hal-hal lain. Namun jika ada berita positif, tentu saja akan saya laporkan.” Balasan semacam itu menciptakan gambaran bahwa Anda sadar dengan langkah-langkah yang diambil serta tidak mudah dipengaruhi oleh tekanan dari luar.

c. Memindahkan Pembicaraan Ke Subjek Yang Berbeda

Apabila enggan untuk membalas pertanyaan atau percakapan sudah mulai menjadi terlalu intens, cobalah ubah pembicaraan ke sesuatu yang lebih santai. Sebagai contoh, alihkan topik kepada masakan: “Wah, kue nastar ini rasanya sangat lezat! Apakah kamu membuatnya sendiri atau membelinya?”

Atau beralih ke topik lain yang lebih luas: Sebentar, lebaran kali ini kalian punya rencana kemana? Cara ini cukup efektif apabila Anda berkeinginan untuk mengelak dari pertanyaan tanpa perlu dengan tegas menyatakan penolakan.

3. Pahami Batas Anda dan Kontrol Percakapan dengan Baik

Tidak seluruh pertanyaan perlu dibalas dengan rinciannya. Anda memiliki kebebasan untuk mensetting pembatasan saat bicara. Metode mendeteksi batasan tersebut dapat dipraktikkan dengan mencermati sejumlah poin berikut:

  • Berapa lama Anda mau chat? Kalau sudah selesai, Anda dapat menutup pembicaraan secara halus atau beralih ke grup yang lain.

  • Seberapa jauh pembicaraan dapat ditoleransi jika menjadi terlalu pribadi? Bila demikian, Anda bisa menjawab dengan cepat lalu memindahkan subjek pembicaraan.

  • Siapakah yang menanyakan ini? Cara merespons dapat bervariasi bergantung pada orang yang bertanya—respon untuk teman karib pasti akan berbeda dibandingkan respon untuk kerabat yang jarang sekali ketemu.


“Jika kita sudah tenang secara internal dan menetapkan batas yang jelas di luar, menjawab pertanyaan orang menjadi lebih sederhana, tanpa harus merasa minder,” kata Nanin.

Pertanyaan sensifit ketika Lebaran mungkin sulit dielakkan, tetapi itu tidak berarti kita perlu merasa terbebani. Dengan menyadari jawaban apa yang cocok bagi kita, memilh strategi respon yang tepat, serta mendefinisikan pembatasan dalam diskusi, kita dapat menghadapi pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan rileks dan keyakinan diri.

Yang utamanya, jangan lupa untuk tetap tenang dan menikmati waktu berkumpul bersama keluarga! Happy Eid,
Ladies
!