Supplies of School, IT & Office Equipment

Berbagai macam tulisan kocak dipajang oleh para pemudik pada bagian belakang kendaraannya di jalan Kalimalang, Jakarta Timur sampai ke Bekasi, pada hari Kamis (27/3/2025). Beberapa tulisan tersebut bertujuan untuk menghibur atau mencerminkan perasaan mereka saat itu. (Sumber: Wartakotalive / Arie Puji / Yulianto)


JAKARTA, SINAR ABADI

Di kesibukan para pemudik yang naik motor di Pelabuhan Ciwandan, Banten, terdapat seorang pemuda bernama Diki Saputra yang memutuskan untuk mengenakan pakaian seperti karakter superhero.

Saat menanti giliran untuk memasuki kapal, ia seolah menjadi pahlawan sementara; mengangkat salah satu tangannya dan kemudian bersandar pada pinggulnya.

Pemudi-pemudi lain yang menyaksikan hal itu pun tidak bisa menahan tawanya sambil menggelengkan kepala melihat kelakuannya.

Yang akan pulang kampung ke Lampung adalah Diki dan dia sengaja memakai baju seperti superhero untuk menghibur para pemudik lainnya karena perjalanannya sangat panjang dan membuat lelah.

“Mantap,” ujarnya ketika ditemui oleh wartawan.
SINAR ABADI,
Sabtu (29/3/2025).

Akan tetapi, pakaian yang dipakainya akan diubah setelah masuk ke dalam kapal.

Hal yang menyebabkan tawaduk pula adalah kelakuan para pemudik yang mengekspor hewan selama perjalanannya yang panjang.

Beberapa orang membawa aneka hewan peliharaan saat pulang kampung, seperti contohnya Sadudi yang akan mudik ke Brebes, Jawa Tengah dan mengantarkan kucing kesayangan dalam sebuah sangkar berbentuk kandang burung.

Ia menyatakan dengan sengaja membelikan hewan peliharaan tersebut untuk anaknya yang tercinta.

Ia mengatakan dengan tertawa bahwa dia membawakan sangkar burung karena tidak ada pilihan lain.

Di sisi lain, kalimat-kalimat yang ditulis oleh para pemudik di bagian belakang tubuh, kendaraan, dan hal-hal lainnya tampak seperti ungkapan perasaan terdalam mereka semua ini.

Contohnya seperti, “Wong Mumet Tidak Bercerita.” Terdapat pula seorang pemudik yang melaksanakan perjalanan dari Padang hingga Cilacap dengan mengendarai motor dan mencatat, “Tak peduli betapa jauhnya kita pergi, orang tua tetap menjadi tempat pulang.”

Lainnya pemudik menyampaikan pesan kesadaran tentang kebersihan, yaitu “Hindari Membuang Sampah Secara Asal-asalan.”

Terdapat pula yang menuliskan dengan sangat detail, “‘Ojolan’ untuk ‘Duit’, Lalu Judian Menghabiskan Uang. Kereta Bunda, Kali Ini Pulang Hanya Diriku Sendiri karena Cari Uang Lagi Tak Nyaman, YUK PERGI! Tangsel-Temanggung.” (Mencari uang melalui layanan Ojol, lantas menghabiskannya lewat perjudian daring. Maaf Ibu, pulang kampung kali ini hanya membawa diri saya saja, sebab mencari nafkah lagi terasa tak menyenangkan).


Lebaran Ekonomi Lesu

Idul Fitri kali ini memang dirayakan dalam kondisi perekonomian yang kurang menggembirakan.

Kemampuan pembelian publik menurun, jumlah orang yang mudik mengalami penurunan signifikan, dan mal tampak lebih lenggang dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Kini masyarakat menjadi lebih waspada saat mengeluarkan uang, ini juga mencakup penggunaan Tunjungan Hari Raya (THR).

Di tahun ini, banyak individu lebih berhati-hati ketika menghabiskan uang THR mereka.

Lina Fadliah (34), seorang pramugari TransJakarta, mengungkapkan bahwa dia masih membelikan pakaian untuk Lebaran namun hanya satu atau dua helai saja.

Saat yang sama, rekannya, Bambang Sugianto (53), menekankan bahwa THR tahun ini perlu dikelola dengan lebih hemat.

“Jika dahulu THR dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, kini kita perlu lebih hemat. Kita harus adaptasi,” ungkap Bambang seperti dilansir Kompas.id.

Para peneliti dari Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (CELIOS) memperkirakan bahwa aktivitas peredaran uang selama bulan Ramadhan serta hari raya Idul Fitri pada tahun 2025 akan mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Direktur Ekonomi Celios, Nailul Huda menyebutkan bahwa peningkatan Jumlah Uang yang Beredar (JUB) dalam istilah terbatas (M1) selama bulan Ramadhan dan Lebaran pada tahun 2025 akan menurun sekitar 16,5 persen jika dibandingkan dengan periode serupa di tahun 2024.

“Hanya terdapat tambahan uang sebesar Rp114,37 triliun yang beredar. Sementara itu, pada tahun 2024, jumlah ini meningkat menjadi Rp136,97 triliun saat memasuki bulan Ramadhan dan peringatan hari raya Idul Fitri,” jelas Huda melalui penjelasan tertulis kepada SINAR ABADI, Jumat (28/3).

Dia menjelaskan berbagai alasan yang mendasari hal itu. Termasuk dampak besar PHK pada kedua bulan pertama tahun 2025.

Menurut data dari Kementerian Ketenagakerjaan, sebanyak 18.610 individu mengalami pemutusan hubungan kerja antara bulan Januari dan Februari tahun 2025.

Angka tersebut meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan masa yang sama pada tahun 2024. Lebih jauh lagi, berdasarkan data dari KSPI, telah terjadi pemutusan hubungan kerja bagi sebanyak 60.000 pekerja dari 50 perusahaan.

PHK yang meluas menyebabkan performa konsumsi menurun, hal ini tercermin dalam Indeks Kepercayaan Konsumen sebagai salah satu ukurannya.

Di bulan Januari 2025, indeks kebahagiaan konsumen mengalami penurunan sebesar 0,4% (bulan-ke-bulan) jika dibandingkan dengan angka pada Desember 2024. Kondisi ini cukup tidak biasa dan mencolok.

“Bila kita melihat rentang waktu dari 2022 sampai 2024, umumnya Indeks Konsumen Kecil naik di bulan Januari seiring dengan adanya kepercayaan konsumen yang meningkat di awal tahun. Namun kondisi tersebut berubah menjadi penurunan dalam hal tingkat kepercayaan konsumen di bulan Februari 2025,” jelas Huda.

Informasi tambahan juga mengindikasikan adanya penurunan angka IPR (Indeks Penjualan Riil) pada bulan Januari tahun 2025.

Di bulan Desember 2024, indeks IPR mencapai 222 poin, lalu menurun menjadi 211,5 pada Januari 2025.

Tidak mengherankan, berdasarkan statistik dari Kementerian Perhubungan, jumlah orang yang mudik pada Lebaran tahun 2025 anjlok sebesar 24% jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya.

Kenaikan biaya perjalanan menyebabkan sejumlah besar orang dipaksa untuk mencabut niat pulang kampung mereka.

Ria (35), seorang pengajar dari Palangkaraya harus mengurungkan niatnya pulang kampung ke Aceh lantaran harga tiket pesawat bagi empat orang mencapai angka Rp 35 juta, sebuah nominal yang tak terjangkau dalam situasi perekonomian seperti sekarang.

Akan tetapi, meski dalam situasi ekonomi yang suram dan pemutusan hubungan kerja merajalela di berbagai tempat, masyarakat memiliki metode untuk menyegarkan diri melalui gaya hidup yang sederhana.