Pada zaman digital saat ini, kita dapat menjangkau beribu-ribu buku cukup dengan sekali klik.
E-book, audiobook, serta aplikasi bacaan cepat kian marak tersedia, memberikan kemudahan tanpa harus menggendong buku lebar kesana-kemari.
Namun, di antara semua kenyamanan tersebut, masih ada nilai tersendiri dalam membaca buku berbentuk fisik.
Hal yang menjadikan proses membaca menjadi lebih hidup, lebih damai, serta memiliki arti yang mendalam.
Walaupun teknologinya kian maju, masih banyak masyarakat yang tetap memilih buku berbentuk fisik.
Bukan cuma disebabkan oleh pesona membuka halaman atau bau harum dari buku fisik, tetapi juga karena dampak positif yang lebih luas pada pikiran dan kesejahteraan psikologis.
Menggunakan Buku Fisik untuk Mengobati Stres dengan Harga Terjangkau dan Ampuh
Kami tinggal di era yang dipenuhi gangguan. Bunyi notifikasi tidak pernah berakhir, media sosial selalu menarik perhatian, dan sepertinya sangat sulit untuk sungguh-sungguh konsentrasi pada suatu hal tertentu.
Wajar saja bila banyak individu berburu metode untuk menangani tekanan dan memperbaiki fokus.
Satu metode yang paling baik ialah dengan mengonsumsi literatur dalam bentuk buku kertas.
Penelitian yang dijalankan oleh Mindlab International bersama dengan University of Sussex tahun 2009 mencatatkan bahwa hanya dengan membaca selama 6 menit dapat menurunkan tingkat stres sebesar 68%.
Angka tersebut bahkan melebihi persentase orang yang mendengarkan musik (61%), meminum teh atau kopi (54%), maupun jalan-jalan (42%).
Ketika membaca, pikiran kita terpindahkan dari rasa cemas, denyut nadi menjadi lebih lambat, serta otot-otot menjadi kurang tegang.
Buku menyediakan tempat bagi kita untuk melarikan diri sebentar dari kenyataan yang membosankan tanpa perlu sungguh-sungguh pergi ke suatu tempat.
Di samping itu, membaca buku fisik dapat mengaktifkan area otak yang bertindak seperti penghenti kegelisahan.
Langkah ini membatasi respon stres ekstrem dan menciptakan ketenangan dalam pikiran.
Indikasinya saat merasa hidup dipenuhi tekanan, mungkin bukan ponsel yang perlu dipegang, tetapi bukalah yang seharusnya dibuka.
Kenapa Buku dalam Bentuk Fisik Tetap Lebih Unggul dari pada Buku Digital?
Banyak orang mengatakan bahwa buku elektronik lebih serbaguna. Dapat diakses kapan pun, bobotnya minimal, serta tidak memerlukan ruang penyimpanan fisik.
Namun, pada kenyataannya, membaca di layar malah memiliki lebih banyak hambatan.
Pertama, layar digital seringkali menjadi penyebab gangguan sendiri.
Membaca menggunakan ponsel atau tablet sering kali terganggu oleh notifikasi yang keluar. Seharusnya fokus pada bacaan, namun dalam hitungan menit sudah asyik menggulirkan media sosial atau merespons pesan masuk.
Kedua, terdapat dampak kelelahan mata yang lebih signifikan dibandingkan dengan membaca buku fisik.
Sinar biru yang dipancarkan oleh layar dapat mengakibatkan kelelahan pada mata, kesulitan dalam tidur, dan bahkan menimbulkan masalah dengan konsentrasi jangka panjang.
Membaca buku fisik terbukti lebih baik untuk kesehatan otak dan jasmani karena menghindari paparan radiasi dari layar.
Akhirnya, terdapat perbedaan dalam pengalaman emosi saat membaca buku secara fisik dibandingkan dengan versi digital.
Ketika membolak-balikan halaman buku fisik, terdapat rasa menikmati sentuhan kertas, mengenali teksturnya, serta mengamati seberapa jauh kemajuan kita dalam membacanya.
Segala hal tersebut meningkatkan ikatan emosional terhadap buku dan menjadikan proses bACA menjadi lebih berkesan.
Walaupun menyadari bahwa teknologi terus maju, buku dalam bentuk fisik masih memiliki ciri khas yang sukar untuk dilampaui.
Bukan bermaksud kita perlu mengesampingkan e-book sama sekali, tetapi seiring kemajuan teknologi digital, bisa jadi tepat bagi kita untuk mulai memprioritaskan pembacaan melalui media fisik seperti halaman kertas daripada hanya layar saja.
Ketika pada akhirnya suatu hari layar ponsel padam dan notifikasi terhentikan, tidak ada hal lain yang bisa memberikan kedamaian seperti sepenuhnya terserap dalam membaca buku berkualitas tanpa campur tangan dari dunia luar.
