Supplies of School, IT & Office Equipment


SAM

– Warren Buffett, seorang dari investornya terkemuka global, populer karena filosofi finansialnya yang menekankan gaya hidup hemat dan praktis.

Walaupun kaya dengan harta senilai lebih dari 140,8 miliar dolar AS (setara dengan sekitar 2.200 triliun rupiah), dia masih mempraktikkan cara hidup yang sederhana dan cerdas dalam mengatur uangnya.

Warren Buffett menganjurkan untuk mengurangi biaya tak perlu dan sebaiknya fokus pada investasi jangka panjang.

Dilansir dari
New Trade U
Berikut adalah lima jenis pengeluaran yang harus dihindari oleh kalangan menengah untuk mencapai kestabilan finansial menurut pendapat Warren Buffett.

1. Membeli Mobil Baru

Mobil baru mengalami penurunan nilai dengan sangat cepat. Pada tahun pertama, harga mobil tersebut bisa jatuh sampai 20 persen, sementara setelah lima tahun, nilainya mungkin hanya tersisa sekitar 40 persen dari aslinya.

Karenanya, Buffett mengusulkan agar memikirkan pembelian mobil second yang kondisinya masih bagus.

Misalnya saja, Buffett menyetir Cadillac DTS 2006 selama kurang lebih sepuluh tahun sampai akhirnya menukar mobil tersebut di tahun 2014 karena diminta oleh keluarganya. Baginya, pengambilan keputusan finansial yang tepat adalah dengan memilih pembelian aset yang nilai jualnya tidak mudah merosot.

2. Mengabon Paket yang Tak Dibutuhkan

Pada zaman digital ini, pembayaran untuk layanan seperti nonton streaming, keanggotaan gym, serta tarif pengantaran kerapkali terlupakan sebagai biaya bulanan.

Buffett menganjurkan untuk memeriksa kembali biaya tersebut supaya jangan sampai merugikan finansial tanpa mendapatkan hasil yang optimal.

Bagi orang yang sangat menjaga keuangan, Buffett terkenal hingga pada titik dia akan mengambil kembalian berupa koin dari telepon umum apabila telponnya gagal terhubung.

Ini mencerminkan betapa krusialnya untuk mencegah bocornya dana, berapapun besarnya jumlah tersebut.

3. Terus Memperbesar Dimensi Rumah

Warren Buffett menekankan bahwa membeli properti residensial yang melebihi keperluan dapat menjadikannya sebuah bebani secara ekonomi.

Di luar harga propertinya, beban biaya ekstra seperti pajak, pemeliharaan, serta utilitas pun naik bersama dengan peningkatan ukuran rumah.

Misalnya saja, walaupun memiliki kemampuan untuk membeli sebuah rumah mewah, Buffett masih menetap di rumah sederhana di Omaha, Nebraska, yang dibelinya tahun 1958 dengan harga $31.500 atau setara dengan kira-kira Rp 500 juta berdasarkan nilai tukar mata uang hari ini.

Ini mengindikasikan bahwa aspek kenyamanan dan kebutuhan lebih berpengaruh dibandingkan dengan anggapan status sosial.

4. Memboyong Produk Harga Terjangkau Kualitas Kurang Bagus

Buffett yakin bahwa membeli produk bermutu tinggi lebih menguntungkan daripada barang murahan yang mudah rusak.

Pemikirannya adalah bahwa harga belum tentu menunjukkan nilai, dan berinvestasi pada barang yang bermutu bisa mengurangi biaya secara keseluruhan dalam waktu lama.

Misalnya saja dalam membeli pakaian, perlengkapan elektronik, atau perabot rumah tangga berkualitas tinggi mungkin terlihat mahal di awal, namun sebenarnya dapat menghemat biaya jangka panjang karena ketahanan mereka lebih lama daripada produk murah yang cepat rusak dan perlu digantikan secara berulang kali.

5. Membeli Tiket Lotre

Buffett menganggap pembelian tiket lotere sebagai bentuk pengeluaran yang tak masuk akal lantaran probabilitas untuk memenangkan hadiahnya sungguh rendah.

Dia menamakan lotere sebagai “pajak untuk orang-orang yang kurang paham tentang matematika” karena bergantung pada nasib baik daripada perencanaan finansial yang teratur.

Sebagai gantinya dari harapan memperoleh uang dengan cepat, Buffett mengusulkan untuk melakukan investasi atau menyimpan dana secara teratur supaya harta bisa berkembang dengan stabil.

Buffett menyatakan bahwa kestabilan finansial tidak tergantung pada seberapa besar pendapatan, melainkan pada metode pengelolaannya.

Dengan mengurangi pengeluaran tak terduga, misalnya pembelian kendaraan bermotor baru, layanan berlanggan yang jarang dipakai, properti besar melebihi kebutuhan, produk murahan dengan mutu rendah, serta tiket undian berhadiah, kelompok menengah dapat lebih cenderung untuk merencanakan akumulasi harta jangka panjang.

Hidup secara sederhana tidak berarti terpaku pada keterikatan, tetapi justru berkaitan dengan pengambilan keputusan finansial yang bijak untuk mencapai masa depan yang lebih terjamin dan mapan.